Tumpukan buah impor yang terpampang di
supermarket dan hypermarket, bahkan kios-kios buah dipinggir jalan, bukan hanya
menggoda mata, tapi juga mendorong orang untuk membeli. Dengan tampilan yang
menarik dan warna lebih cerah, buah impor memberikan daya tarik tersendiri
ketimbang buah buah lokal.
Sebaliknya dilihat dari segi fisik, produk lokal memang kadang kurang sedap dipandang mata. Kulit buah yang tidak semulus buah impor dan ukuran yang tidak seragam membuat masyarakat lebih berpaling ke produk interlokal alias impor. Ditambah penjualan buah impor, khususnya di ritel-ritel besar seperti Carrefour, Giant, Hypermart memberikan potongan harga yang cukup besar, hal ini membuat konsumen akhir memilih produk impor. Namun di balik diskon harga yang menggoda tersebut, ternyata ketika akan di konsumsi isi buahnya sudah menggila dan tidak dapat di makan.
Tapi di balik sifat fisik yang menggoda dan harganya yang menarik perhatian itu, anda sebagai konsumen harus berhati-hati. Disinyalir buah-buah impor yang terlihat segar justru mendapat perlakuan khusus. Contohnya, buah jeruk impor dengan tampilan luarnya begitu menggiurkan, ternyata ketika dikupas sudah tidak layak konsumsi.
Sementara itu para Ahli Gizi mengatakan, makin panjang rantai distribusi produk hortikultura, termasuk buah, akan menurunkan nilai gizi. Karena dengan rantai distribusi yang lebih pendek, buah nusantara akan lebih sehat ketimbang buah impor.
Jika dilihat dari fisik buah lokal memang kurang menarik. Namun dari segi rasa dan kandungan vitamin, buah lokal sangat baik dibandingkan impor. Selain tidak menggunakan bahan pengawet yang membahayakan, rasanya pun lebih nikmat. Secara tidak langsung, manfaat dari buah dan sayur impor sudah berkurang.
Contohnya, pisang Raja Sereh tampilannya memang sangat tidak baik. Ada bercak-bercak hitam, sehingga terkadang masyarakat menganggap tidak layak dikonsumsi. “Padahal justru tampilan yang seperti itulah yang rasanya manis dan nikmat.
Buah dan sayuran lokal juga baik untuk kesehatan, karena kandungannya tidak hanya sebagai sumber vitamin dan serat, melainkan ada beberapa yang dapat dijadikan pengganti karbohidrat. Misalnya, masyarakat Ternate (Maluku Utara) yang tidak mengonsumsi beras sebagai pangan utama, tapi justru pisang.
So, pikirkan masak - masak sebelum membeli buah untuk anda dan keluarga...
Sebaliknya dilihat dari segi fisik, produk lokal memang kadang kurang sedap dipandang mata. Kulit buah yang tidak semulus buah impor dan ukuran yang tidak seragam membuat masyarakat lebih berpaling ke produk interlokal alias impor. Ditambah penjualan buah impor, khususnya di ritel-ritel besar seperti Carrefour, Giant, Hypermart memberikan potongan harga yang cukup besar, hal ini membuat konsumen akhir memilih produk impor. Namun di balik diskon harga yang menggoda tersebut, ternyata ketika akan di konsumsi isi buahnya sudah menggila dan tidak dapat di makan.
Tapi di balik sifat fisik yang menggoda dan harganya yang menarik perhatian itu, anda sebagai konsumen harus berhati-hati. Disinyalir buah-buah impor yang terlihat segar justru mendapat perlakuan khusus. Contohnya, buah jeruk impor dengan tampilan luarnya begitu menggiurkan, ternyata ketika dikupas sudah tidak layak konsumsi.
Sementara itu para Ahli Gizi mengatakan, makin panjang rantai distribusi produk hortikultura, termasuk buah, akan menurunkan nilai gizi. Karena dengan rantai distribusi yang lebih pendek, buah nusantara akan lebih sehat ketimbang buah impor.
Jika dilihat dari fisik buah lokal memang kurang menarik. Namun dari segi rasa dan kandungan vitamin, buah lokal sangat baik dibandingkan impor. Selain tidak menggunakan bahan pengawet yang membahayakan, rasanya pun lebih nikmat. Secara tidak langsung, manfaat dari buah dan sayur impor sudah berkurang.
Contohnya, pisang Raja Sereh tampilannya memang sangat tidak baik. Ada bercak-bercak hitam, sehingga terkadang masyarakat menganggap tidak layak dikonsumsi. “Padahal justru tampilan yang seperti itulah yang rasanya manis dan nikmat.
Buah dan sayuran lokal juga baik untuk kesehatan, karena kandungannya tidak hanya sebagai sumber vitamin dan serat, melainkan ada beberapa yang dapat dijadikan pengganti karbohidrat. Misalnya, masyarakat Ternate (Maluku Utara) yang tidak mengonsumsi beras sebagai pangan utama, tapi justru pisang.
So, pikirkan masak - masak sebelum membeli buah untuk anda dan keluarga...
::Description: Buah Impor, Tak Seindah Warna Aslinya, Rating: 4.5, Reviewer: Unknown, ItemReviewed: Buah Impor, Tak Seindah Warna Aslinya
Banyak buah impor yang dilapisi lilin supaya 'awet'.
BalasHapusSaya lebih sering makan buah pisang, pepaya dan buah lokal lain.
betu sekali itu, hati2...
Hapus